Lima Negara Baltik Perkuat Perbatasan dengan Kawat Berduri

Sebanyak lima negara Baltik mulai memperkuat perbatasan dengan kawat berduri. Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania, dan Polandia khawatir Rusia dan Belarusia akan menggunakan alur migrasi dengan mengirimkan pengungsi melalui negara-negara Uni Eropa.

Polandia telah membangun tembok baja sepanjang 206 kilometer sebagai tanggapan dan telah memasang kawat berduri di sekitar perbatasannya dengan Rusia. Finlandia dan negara-negara Baltik lainnya mengikuti dan memperkuat perbatasan dengan kawat berduri.

Pejabat keamanan pemerintah Polandia Stanslaw Zaryn mengatakan tembok itu mengirimkan pesan yang kuat ke Rusia dan Belarusia bahwa negara itu menjaga keamanan dan integritas perbatasannya dengan sangat serius. “Saya percaya bahwa Belarusia dan Rusia akan berpikir dua kali sebelum mengejar lagi persenjataan migrasi,” ujarnya.

Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengatakan perbatasan negara itu sepanjang 1335 km dengan Rusia akan dibentengi. Menurut laporan MailOnline, Marin mengklaim bahwa kawat itu akan membantu mempertahankan negara dari ancaman hibrida dan kemungkinan migrasi skala besar dan tidak teratur yang diatur oleh Istana Kremlin.

Organisasi hak asasi manusia Polandia mengkritik pemerintahnya dengan alasan langkah itu akan menghalangi pencari suaka untuk mencari perlindungan. Kelompok hak asasi manusia juga melaporkan pengungsi menjadi sasaran pelecehan saat dipaksa kembali ke Belarusia.

Rusia mengirim ribuan pencari suaka ke perbatasan Finlandia pada 2015 hingga 2016. Sementara pada 2021, Uni Eropa menuduh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memaksa para migran melakukan penyeberangan ilegal ke Eropa.

AS Bantu Thailand Kembangkan Reaktor Nuklir Kecil

Amerika Serikat (AS) akan membantu Thailand mengembangkan tenaga nuklir melalui reaktor kecil kelas baru. Wakil Presiden AS Kamala Harris pada Sabtu mengatakan, bantuan ini merupakan bagian dari program yang ditujukan untuk memerangi perubahan iklim.

Gedung Putih mengatakan bantuan tersebut merupakan bagian dari Net Zero World Initiative, sebuah proyek yang diluncurkan pada KTT iklim Glasgow tahun lalu. Dalam proyek itu, AS bermitra dengan sektor swasta dan donatur untuk mempromosikan energi bersih.

Washington akan menawarkan bantuan teknis kepada negara Thailand untuk menyebarkan teknologi pengembangan reaktor modular kecil, yang dibuat oleh pabrikan dan portabel. Reaktor semacam itu umumnya dianggap lebih aman karena tidak memerlukan campur tangan manusia untuk dimatikan dalam keadaan darurat.

“Kami benar-benar berharap dapat bekerja sama dengan Thailand untuk memberikan manfaat dari reaktor modular kecil dan sumber energi bersih yang andal,” kata seorang pejabat senior AS yang berbicara tanpa menyebut nama dilaporkan Al Arabiya.

Pernyataan Gedung Putih menyebut para ahli AS akan bekerja sama dengan Thailand dalam pemasangan reaktor. Reaktor ini memiliki standar keselamatan, keamanan, dan nonproliferasi tertinggi. Reaktor itu menggunakan tapak lahan yang lebih kecil daripada energi alternatif lainnya.

China, Rusia, dan Argentina juga sedang mengembangkan reaktor modular kecil yang prototipenya sedang dalam tahap desain. Gedung Putih berkomitmen mendukung Thailand, yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, dan mencapai tujuannya menjadi netral karbon pada 2065.

Gedung Putih juga mengumumkan inisiatif dengan Thailand untuk meningkatkan keamanan internet generasi kelima. Termasuk proyek untuk membangun pusat perawatan kanker kelas dunia di Provinsi Chonburi.

Listrik 7 Juta Rumah di Ukraina Padam Buntut Serangan Rudal Rusia

Lebih dari tujuh juta rumah di Ukraina gelap gulita akibat listrik padam setelah diserang rudal Rusia pada Selasa (15/11). Keterangan resmi kepresidenan mengonfirmasi hal tersebut.

“Lebih dari tujuh juta rumah sekarang mengalami putus listrik setelah 15 fasilitas energi di Ukraina rusak oleh rudal Rusia,” kata Kyrylo Tymoshenko, salah satu deputi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, seperti diberitakan AFP.

“Teknisi kami sekarang melakukan segalanya untuk menyambungkan kembali daya secepat mungkin.”

Senada, Presiden Zelensky dalam sebuah video juga mengatakan sedang berusaha memulihkan listrik setelah sekitar 85 rudal ditembakkan Rusia ke fasilitas energi Ukraina.

“Kami sedang bekerja dan akan memulihkan semuanya,” kata Zelensky.

Namun, serangan itu juga merusak fasilitas energi di Kryvyi Rih yang membuat mereka juga sulit untuk memberikan pasokan listrik.

Tak hanya itu, Moldova, yang berbatasan dengan Ukraina, juga melaporkan pemadaman listrik karena misil yang ditembakkan ke negara tetangganya tersebut. Mereka meminta Moskow “menghentikan penghancuran sekarang”.

Kondisi 7 juta rumah tanpa listrik tersebut dinilai menghilangkan kegembiraan Ukraina setelah berhasil merebut kembali kota Kherson saat para pemimpin dunia berkumpul di KTT G20.

Rusia menggempur kota-kota dan fasilitas energi di Ukraina dalam gelombang baru serangan rudal pada Selasa (15/11).

Rudal menghujani wilayah dan beberapa kota di Ukraina, seperti ibu kota Kyiv, Lviv dan Rivne di barat, Kharkiv di timur laut, Kryvyi Rih dan Poltava di tengah, Odesa di selatan dan Zhytomyr di utara.

Walikota Lviv mengatakan listrik padam di kota itu dan walikota Kharkiv Ihor Terekhov mengatakan fasilitas infrastruktur penting juga rusak di sana.

Gubernur Rivne Vitaliy Koval mengatakan telah terjadi serangan rudal tetapi melaporkan tidak ada korban di kotanya.

Beberapa pejabat pemerintahan Ukraina menilai serangan itu jadi respons Rusia atas pidato Presiden Volodymyr Zelensky di KTT G20, salah satunya adalah Kepala Staf Kepresidenan Andriy Yermak.

“Rusia menanggapi pidato kuat @Zelenskiy di #G20 dengan serangan rudal baru. Apakah ada yang benar-benar berpikir bahwa Kremlin benar-benar menginginkan perdamaian? Ia menginginkan kepatuhan. Tetapi pada akhirnya, teroris selalu kalah,” cuit Andriy Yermak.

Senada, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga menggambarkan serangan itu sebagai tanggapan Rusia atas seruan untuk pembicaraan damai.

“Rudal Rusia membunuh orang dan menghancurkan infrastruktur di seluruh Ukraina sekarang. Inilah yang harus dikatakan Rusia tentang masalah pembicaraan damai,” tulisnya di Twitter.

“Berhenti mengusulkan Ukraina untuk menerima ultimatum Rusia! Teror ini hanya dapat dihentikan dengan kekuatan senjata dan prinsip kami.”

Aktivis Mesir Surati Keluarga Akhiri Mogok Makan usai Jalani 7 Bulan

Aktivis Mesir, Alaa Abdel Fattah, mengakhiri aksi mogok makan usai melakukannya selama tujuh bulan.

“Saya telah mengakhiri aksi mogok makan,” kata Fattah dalam sebuah surat yang dikirim untuk keluarganya, seperti dikutip AFP, Selasa (15/11).

Dalam sehari, Fattah hanya mengonsumsi seratus kalori selama tujuh bulan.

Fattah merupakan aktivis yang vokal dalam pemberontakan Mesir pada 2011 lalu. Ketika itu, ia dan 24 rekannya menggelar unjuk rasa damai menentang rancangan konstitusi yang memungkinkan pengadilan militer terhadap warga sipil.

Mereka berdemo di gedung Dewan Syura. Namun, aksi itu dibubarkan aparat setempat.

Para demonstran dituduh melakukan unjuk rasa ilegal dan menyebabkan kerusuhan. Penuntut juga menuding Fattah memukuli dan mencuri walkie-talkie petugas keamanan bernama Emad Tohoun. Ia kemudian mendekam di penjara selama beberapa tahun.

Lalu pada 2019, Fattah dijatuhi hukuman tambahan lima tahun penjara karena diduga menyebarkan berita bohong setelah berbagi unggahan di Facebook. Unggahan itu menyoroti pelanggaran hak asasi manusia di penjara Mesir.

Pada 2021 lalu, ia memperoleh kewarganegaraan dari Inggris. Sejak saat itu, ia memiliki hal menerima kunjungan konsuler dari perwakilan kedutaan Inggris, tetapi hal itu selama ini ditolak pemerintah Mesir.

Erdogan Minta Rusia-Ukraina Duduk Semeja usai Rudal Hantam Polandia

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ingin mempertemukan Rusia dan Ukraina usai rudal menghantam Polandia dan menewaskan dua orang pada Selasa (15/11).

“Kami ingin mempertemukan Rusia dan Ukraina di meja yang sama,” kata Erdogan di sela KTT G20 di Bali, seperti dikutip Reuters, Rabu (16/11).

Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menegaskan bahwa ia menghormati pernyataan bantahan Rusia usai rudal menghantam Polandia.

“Saya menghormati deklarasi yang dibuat Rusia soal serangan rudal di Polandia. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan,” kata Erdogan di hari kedua KTT G20 di Bali, Rabu (16/11), seperti dikutip Reuters.

Lebih lanjut, ia menduga bahwa serangan itu tak dilakukan Rusia.

“Saya pikir, ini tak ada hubungannya dengan Rusia,” kata Erdogan.

Dunia memang sedang gempar karena dua orang tewas akibat rudal menghantam daerah Polandia yang berbatasan langsung dengan Ukraina pada Senin.

Polandia mengklaim bahwa rudal itu buatan Rusia. Namun, para pemimpin Polandia menegaskan bahwa mereka belum mengantongi bukti pasti mengenai pihak mana yang menembakkan rudal tersebut.

Rusia sendiri menegaskan bahwa mereka tak menembakkan rudal ke negara yang merupakan anggota NATO tersebut.

Selama ini, Rusia memang menghindari konfrontasi langsung dengan negara anggota NATO.

NATO memegang prinsip bahwa gempuran terhadap salah satu anggota mereka merupakan serangan kepada blok itu secara keseluruhan.

Dengan demikian, NATO dapat menyerang pihak yang melakukan gempuran. Jika NATO merespons dengan menyerang Rusia, maka perang akan kian luas dan dikhawatirkan dapat memicu perang dunia.

Tak lama setelah kabar ini tersebar, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan bahwa peluncuran rudal itu belum tentu dari Rusia.

Menurut salah satu pejabat AS, berdasarkan temuan awal, rudal itu ditembakkan pasukan Ukraina untuk menghalau serangan rudal Rusia.

Kroni Putin soal Rudal Hantam Polandia: Barat Mau Mulai Perang Dunia

Salah satu kroni Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan negara Barat ingin mulai Perang Dunia usai sebuah rudal ke Polandia.

“Insiden yang mana Ukraina dituduh meluncurkan rudal ke wilayah Polandia menunjukkan satu hal: mengobarkan perang hibrida melawan Rusia,” kata Medvedev di Twitter.

Eks presiden Rusia itu kemudian berujar, “Barat bergerak lebih dekat ke perang dunia.”

Sebuah rudal menghantam Polandia di wilayah yang berbatasan dengan Ukraina pada Selasa malam waktu setempat. Imbas insiden ini, dua orang tewas.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Polandia, Lukasz Jasina, mengatakan rudal yang jatuh di wilayahnya buatan Rusia.

“Rudal buatan Rusia jatuh, menewaskan dua warga Republik Polandia,” kata Jasina seperti dikutip AFP.

Sesaat kemudian, Presiden Polandia, Andrzej Duda, mengatakan pihaknya belum mengantongi bukti kuat soal siapa yang menembak rudal itu.

“Hingga saat ini, kami tak punya bukti jelas mengenai siapa yang menembakkan rudal. Penyelidikan masih berlangsung. Kemungkinan rudal itu buatan Rusia,” kata Duda.

Usai berita ledakan itu beredar, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan belum tentu serangan tersebut dari Rusia.

Senada, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan serangan itu tak berhubungan dengan Rusia. Ia juga menyerukan agar investigasi dilakukan.

Insiden itu menjadi sorotan karena Rusia selama ini menghindari konfrontasi langsung dengan negara anggota NATO.

NATO memegang prinsip bahwa gempuran kepada salah satu anggotanya berarti serangan ke aliansi itu secara keseluruhan. Dengan demikian, mereka bisa menyerang ke penyerang.

Jika NATO merespons dengan menyerang Rusia, maka perang semakin luas dan dikhawatirkan memicu perang dunia.

Sementara itu, Rusia membantah dugaan serangan rudal berasal dari mereka. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut tudingan itu hanya provokasi untuk meningkatkan ketegangan.

Viral Presiden Prancis Blusukan di Bali sampai Gendong Bayi Warga

Presiden Prancis Emmanuel Macron terlihat menyempatkan diri blusukan di Bali usai pertemuan KTT G20 hari pertama selesai pada Selasa (15/11) malam.

Melalui sejumlah video yang viral tersebar di media sosial, Macron terlihat berjalan santai di jalanan Bali didampingi banyak ajudannya.

Kunjungan Macron pun menyorot perhatian warga lokal yang sedang ada di lokasi.

Tampak banyak warga sekitar mengatakan “Halo, sir” kepadanya dengan nada girang. Macron pun merespons mereka yang menyambutnya dengan lambaian tangan dan senyum semringah.

Dalam salah satu cuplikan video, Macron yang mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung setengah, terlihat menggendong seorang bayi perempuan memakai penutup kepala berwarna merah marun.

Macron bahkan sempat mencium pipi sang bayi dengan senyum lebar terpampang pada wajahnya.

Macron juga menyapa sejumlah warga lainnya yang ada di lokasi tersebut.

“Ramah sekali presiden Prancis ini,” kata seorang netizen.

“Keramahan orang Indonesia mendunia,” ujar netizen lainnya.

Macron sendiri sudah menikah dengan Brigitte Marie-Claude, mantan gurunya semasa SMA. Kedua pasangan itu diketahui tidak memiliki anak.

Namun, Macron memiliki tiga anak sambung dari pernikahan istrinya sebelumnya.

NATO Berencana Rapat Darurat Bahas Rudal Rusia Hantam Polandia

Aliansi pertahanan Organisasi Traktat Negara Atlantik Utara (NATO) berencana menggelar rapat darurat soal hantaman rudal Rusia ke salah satu anggotanya, Polandia, pada Selasa (15/11).

Pejabat NATO menuturkan aliansi itu sedang menyelidiki laporan serangan rudal Rusia yang menerjang salah satu desa Polandia di perbatasan dekat Ukraina tersebut. Insiden ini menewaskan setidaknya dua orang.

“Kami sedang menyelidiki berbagai laporan ini dan secara ketat berkoordinasi dengan sekutu kami Polandia,” kata seorang pejabat NATO kepada AFP.

Sementara itu, juru bicara NATO Oana Lungescu mengatakan Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg akan menggelar rapat darurat pada Rabu dengan para duta besar negara anggota untuk aliansi itu di Belgia.

Tak hanya NATO, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga menggelar rapat darurat bersama sejumlah pemimpin negara G7 yang turut hadir di Nusa Dua, Bali, di sela-sela gelaran KTT G20.

Gedung Putih menyatakan bahwa “pertemuan darurat” tersebut akan “segera” dimulai pada Rabu (16/11). Menurut Gedung Putih, pertemuan itu akan diikuti seluruh pemimpin G7 yang hadir di KTT G20 dan beberapa perwakilan Uni Eropa.

Mereka adalah para pemimpin negara AS, Jerman, Prancis, Kanada, Italia, Inggris, dan Jepang.

Mereka yang dipastikan bertemu antara lain Biden, PM Inggris Rishi Sunak, Ketua Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Komisi Eropa von der Leyen, PM Italia Giorgia Meloni, Kanselir Jerman Olaf Scholz, hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Dikutip Reuters, tak lama setelah serangan rudal terjadi, Polandia langsung mengajukan konsultasi dengan NATO terkait respons selanjutnya. Polandia juga segera menyiagakan militer mereka untuk mengantisipasi ancaman serangan lanjutan.

Semua anggota NATO terikat dengan respons pertahanan bersama yang tertuang dalam Pasal 5 traktat aliansi tersebut. Dengan begitu, insiden ini bisa memperluas konflik antara Rusia dan seluruh negara NATO jika benar terkonfirmasi dilakukan Moskow.

Rudal yang Hantam Polandia Diduga dari Pasukan Ukraina, Bukan Rusia

Pasukan Ukraina diduga tak sengaja menembakkan rudal ke Polandia dan menyebabkan dua orang tewas. Mereka bermaksud menembak rudal Rusia yang masuk ke Ukraina, namun menyasar ke wilayah Polandia.

Salah satu pejabat Amerika Serikat mengatakan dugaan itu merupakan temuan awal, demikian dikutip Reuters.

Sebuah rudal menghantam Polandia pada Selasa (15/11). Imbas ledakan ini dua orang tewas.

Menanggapi serangan itu beberapa anggota G7 dan NATO menggelar rapat di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali. Mereka mengecam tindakan yang dianggap barbarisme itu.

Biden Rapat di Bali: Rudal Hantam Polandia Mungkin Bukan dari Rusia

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan serangan rudal yang menghantam perbatasan Polandia kemungkinan bukan ditembakkan dari wilayah Rusia.

“Itu (serangan rudal) kemungkinan bukan ditembakkan dari Rusia,” kata Biden kepada wartawan di Nusa Dua, Bali, usai menggelar rapat darurat bersama negara G7 yang hadir di sela-sela KTT G20 pada Rabu (16/11) pagi.

Biden mengatakan AS dan sekutu sepakat mendukung kuat investigasi serangan rudal ini yang menewaskan dua orang.

Namun, ia belum bisa menjabarkan respons apa yang akan dilakukan AS dan sekutu terutama NATO soal serangan rudal ini

“Dan saya akan memastikan kita mengetahui apa yang benar-benar terjadi. Baru setelah itu kita akan menentukan bersama-sama langkah selanjutnya. Ada kebulatan suara di antara kepala negara yang hadir tadi,” ucap Biden merujuk pada rapat darurat negara G7 plus.

Meski belum dipastikan serangan rudal ke Polandia dilakukan Moskow, Biden tetap mengutuk Rusia yang terus melancarkan serangan ke Ukraina di hari yang sama.

Serangan terbaru Rusia ke Ukraina itu pun terjadi kala KTT G20 menyerukan deeskalasi perang antara kedua negara.

“Serangan ini meneruskan kebrutalan dan ketidakmanusiawian yang telah mereka (Rusia) tunjukkan selama perang melawan kota-kota Ukraina dan infrastruktur sipil. Benar-benar tidak masuk akal apa yang mereka lakukan, benar-benar tidak masuk akal,” kata Biden.

“Pada saat dunia berkumpul di G20 untuk mendesak deeskalasi, serangan Rusia terus meningkat di Ukraina. Ada puluhan serangan rudal,” paparnya menambahkan.

Sementara itu, secara terpisah Rusia sendiri telah membantah menembakkan rudal ke Polandia.

Kementerian Pertahanan Rusia membantah tudingan telah menembakkan rudal ke Polandia yang berbatasan dengan Ukraina. Moskow menyebut tudingan itu provokasi untuk meningkatkan ketegangan.

“Media massa dan pejabat Polandia melakukan provokasi yang disengaja untuk meningkatkan situasi dengan pernyataan mereka tentang dugaan dampak roket Rusia di Przewodow (dekat perbatasan Ukraina),” kata kementerian pertahanan Rusia dalam pernyataan yang diunggah online.

“Tenaga senjata Rusia tidak melancarkan serangan di daerah antara perbatasan Ukraina dan Polandia,” tambahnya, seperti diberitakan AFP, Selasa (15/11).