Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyatakan guna memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, impor beras sebagai langkah memastikan terjadinya keseimbangan.
“Untuk masalah pangan ini, kita harus bisa membedakan mana yang hari ini cukup dan mana yang ke depan kurang. Ini masalah keseimbangan. Jadi kita coba upayakan bagaimana keseimbangan ini terjadi dan itu keputusan yang sudah diambil oleh pemerintah,” kata Erick Thohir usai seminar nasional bertajuk “Investasi Masa Depan Kepemimpinan Nasional” di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang.
Menurut Erick, kementerian yang dipimpinnya, tentu menjadi bagian yang harus memastikan kesiapan tersebut. Tetapi, tentu masalah berbagai impor ini BUMN sangat mendukung yang namanya pembatasan.
“Tetapi kalau memang harus perlu impor karena sangat dibutuhkan seperti gandum, daging sapi dan lainnya seperti beras, itu sesuatu yang tidak bisa terelakkan. Kenapa? Karena memang kepastian pangan harus menjadi tujuan utamanya,” ungkap Menteri Erick.
Tetapi, lanjut Erick Thohir, semuanya harus mulai melakukan investasi ke era-era yang suplay case-nya sangat dibutuhkan.
“Bila terpaksa harus dilakukan, kapan dilakukan, tentu detailnya bukan pada Menteri BUMN. Bukan bagian dari ekosistem,” ucap Erick Thohir.
“Intinya bukan di saya. Tetapi itu bagian keputusan bersama yakni Menko Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian dan lainnya. Tentu nanti ekosistemnya ya tadi kembali pada Bulog yang melakukan,” tambahnya.
Namun hal yang penting, tambah Erick Thohir, yakni menyiapkan bagaimana petani agar bersiap tanam kembali ketika musim hujan tidak lagi menjadi sebuah kepastian.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/ National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan, dalam memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, penyerapan beras dari petani harus menjadi prioritas utama.
Namun jika kebutuhan itu tidak bisa dipenuhi, impor beras akan menjadi pilihan terakhir yang diambil untuk mengamankan cadangan beras di Perum Bulog hingga 1,2 juta ton. Sementara itu menurut data Perum Bulog, stok beras di gudang mereka semakin menipis hingga tinggal 597.919 ton.
“Tugas kita pertama adalah mengisi stok Bulog supaya sampai levelnya 1,2 juta ton. Pilihan yang utama, kita semua sepakat ini kan untuk negara, ini dari serapan petani lokal. Ini yang harus kita kerjakan dulu. Pada saat kita sudah tidak bisa melakukan penyerapan atau ketersediaan dari dalam negeri, ya sudah ini (impor, red) adalah pilihan terakhir, berat bagi kita semua tetapi harus dilakukan,” kata Arief Prasetyo dalam acara Obrolan Malam di BTV.
Namun Arif menegaskan, impor beras yang dilakukan tersebut hanya untuk stok level Bulog dan untuk intervensi pasar, bukan untuk menyusahkan petani.
“Ini tidak ada hubungannya dengan petani karena ini sangat terukur, disimpan dan diawasi sangat ketat oleh kita semua,” ujarnya.
Arief menyampaikan, produksi beras nasional sebetulnya dalam keadaan cukup. Adapun yang menjadi masalah saat ini adalah stok di perum Bulog yang kurang, sehingga perlu di-top up sebagai cadangan pangan untuk intervensi pasar.