
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia bisa berdikari dalam bidang energi jika bisa melepas ketergantungan impor BBM (bahan bakar minyak).
Indonesia, kata Airlangga, memiliki sejumlah sumber energi baru terbarukan yang bisa digunakan, namun masih ada tantangan yang dihadapi.
“Indonesia berdikari energi, ketergantungan di sektor otomotif, yaitu BBM. Selama BBM bisa kita convert, bisa biodiesel dan kombinasi EV, tentu tujuan untuk kemandirian energi bisa dicapai. Tetapi diantaranya kita harus memanfaatkan resource batu bara yang besar, coal to liquid, jadi ketergantungan pada impor BBM bisa dikurangi,“ ujar Airlangga di Jakarta.
Menurut Airlangga, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk memproduksi solar panel. “Ada berkembang pabrik kaca, solar panel ini basisnya kaca, atau silika yang bahan baku di indonesia miliki,” tandas Airlangga.
Apalagi, kata Airlangga, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dengan ribuan pulau, danau, dan laut. Menurut dia, potensi tersebut bisa menjadikan Indonesia sebagai produsen renewable energy terbesar di Asia.
“Negara tetangga bicara clean coal tech, Jepang menguasai teknologi berbasis nuklir terkait renewable energy. Indonesia ditawarkan energi berbasis nuklir. Kita punya sumber uranium di Kalimantan Barat,” jelas Airlangga.
Selain itu, kata Airlangga, pemerintah sedang mengembangkan teknologi co-firing dari Jepang, yakni pengembangan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar pengganti batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Co-firing dilakukan dengan menambahkan bahan bakar lain, seperti biomassa yang dibuat dari sampah atau limbah, termasuk dari ladang minyak yang sudah tidak digunakan. “Dengan dua teknologi itu kita bisa mencapai karbon netral, dan ini renewable, sekaligus memangkas impor BBM,” ujar Airlangga.