Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad memperingatkan tahun politik dan gejolak global di tahun depan berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi domestik.
Tauhid menjelaskan, meningkatnya risiko ketidakpastian di tahun politik sempat terjadi setahun sebelum pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) yakni di tahun 2013 dan 2018 yang menyebabkan kinerja saham menurun drastis.
“Dunia diprediksi begitu gelap tahun mendatang, sehingga akan berimplikasi ke situasi dalam negeri. Apalagi, tahun depan itu masuk tahun politik yang penuh ketidakpastian. Pengalaman kita satu tahun sebelum pemilu stock exchange tren menurun seperti tahun 2013 dan 2018, karena pasar mencermati ketidakpastian di dalam negeri meningkat,” ungkap Tauhid dalam acara diskusi Indef.
Selain itu, kata Tauhid, ada pula risiko global yang menyebabkan pelemahan ekonomi global masih berlanjut dan meningkat, mulai dari perang Rusia-Ukraina yang masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, pelemahan ekonomi global masih akan berlanjut di tahun depan, dalam proyeksinya pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 3% di tahun ini menjadi 2,6% di tahun depan.
“Tapi ini masih bisa turun lagi jadi 2% dalam skenario risiko lain. Karena terdapat risiko resesi di AS dan Eropa meningkat yang akan memberikan dampak pada kemampuan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Kedua, lonjakan inflasi yang belum akan menurun di tahun depan, bahkan pergerakan inflasi diproyeksikan baru akan turun pada kuartal IV tahun depan.
Selanjutnya Bank Sentral di negara berkembang dan maju yang mulai meningkatkan suku bunga acuannya untuk merespons inflasi.